Tuesday, November 24, 2009

Makna Adven


Teman-teman terkasih dalam Kristus, tak terasa kita sdh di penghujung tahun liturgi dan pada hari Minggu , 29 November nanti, kita sdh memasuki masa Adven. Tulisan kali ini penulis ambil dari berbagai sumber dan referensi, khususnya sebagian besar diambil dari Buku Panduan Adven 2009 KAS (wah jauh ya... hehehe). Semoga tulisan yang agak panjang ini bisa menjadikan kita lebih siap untuk menantikan Natal 2009 ini dengan hati yang damai sehingga kita semua dapat Bertumbuh menjadi Pembawa Damai, sesuai dengan tema Adven 2009 oleh KAJ.
Masa Adven mempunyai arti yang sangat penting bagi umat beriman karena merupakan saat persiapan diri untuk menerima kedatangan Tuhan yang akan dirayakan pada hari Natal. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang sejarah dan makna Adven itu sendiri:
A. Sejarah Adven
Kata Adven berasal dari bahasa Latin adventus yang berarti kedatangan. Masa Adven dipahami sebagai masa persiapan menantikan kedatangan Tuhan. Masa Adven meliputi empat hari Minggu sebelum Natal. Masa Adven dirayakan dengan maksud:
1) mengarahkan umat beriman supaya menantikan kedatangan Tuhan yang kedua pada akhir zaman dengan penuh harapan, dan

2) menyiapkan hari Natal, yaitu merayakan kedatangan Yesus, Putera Allah, yang hadir di dunia, di antara umat manusia.

Berdasarkan kedua maksud tersebut, maka bacaan Ekaristi selama 4 hari minggu mempunyai tekanan yang berbeda. Minggu Adven I berbicara mengenai kedatangan Yesus Kristus pada akhir zaman, Minggu Adven II dan III menampilkan Yohanes Pembaptis yang menyiapkan jalan bagi Tuhan, serta Minggu Adven IV menampilkan Maria yang melahirkan Yesus.

Kapan tradisi Adven dilakukan? Tidak begitu jelas dan pasti, tetapi ada sumber yang menunjukkan bahwa tradisi Adven muncul di Spanyol sekitar abad IV. Awalnya, Adven merupakan persiapan pesta Epifani (Penampakan Tuhan) yang jatuh pada tanggal 6 Januari, dengan cara bermatiraga (askese) sambil berdoa. Kemudian, sekitar pertengahan abad VI, di Roma, Adven dirayakan sebagai persiapan Natal yang diwarnai suasana gembira dan penuh harapan.

Awalnya, Adven berlangsung selama enam minggu, kemudian Paus Gregorius Agung (591-604) menetapkan Adven menjadi empat minggu. Tema sentral Adven adalah penantian kelahiran Yesus dan kedatangan-Nya yang kedua (parousia). Konsili Vatikan II tetap mempertahankan makna Adven sebagai penantian kelahiran Yesus sebagai Mesias dan kedatangan-Nya yang kedua (parousia), sehingga Adven tidak pertama-tama menekankan pertobatan dan penyesalan, seperti masa Pra-paska, melainkan perayaan yang bersifat pesta (mengandaikan kegembiraan) mengenai inkarnasi, harapan kesucian dan parousia. Adven merangkum keseluruhan misteri kedatangan Allah dalam sejarah sampai pada pemenuhan-Nya. Adven menunjuk pada dimensi sejarah keselamatan, yaitu Allah yang dinantikan dalam diri Yesus dari Nazaret tampak nyata dalam sejarah hidup manusia di muka bumi. Dalam Dia, Allah menampilkan wajah-Nya (Yoh 14:9).

Selain itu, Adven juga berkaitan dengan dimensi eskatologis kehidupan murid-murid Yesus. Allah memelihara murid-murid Yesus agar mengalami keselamatan (1Tes 5:9) dan mewujudkan janji-Nya yang mengarah kepada Hari Tuhan‚ (1Kor 1:8 ; 5:5). Itulah sebabnya Gereja mengajak kita untuk menantikan kedatangan Hari Tuhan dengan sikap berjaga-jaga penuh kegembiraan dan optimis dalam pengharapan dengan berdoa ‚ Maranatha: Datanglah ya Tuhan Yesus (Why 22:17-20), menumbuhkan sikap tobat dan berpaling kepada Allah karena Dia adalah pokok pengharapan kita (Rm 8:24-25), serta menghayati semangat lembut hati dan rendah hati (Mat 5:3-12). Sikap-sikap seperti inilah yang diungkapkan dan direnungkan dalam bacaan-bacaan Ekaristi selama Masa Adven.


B. Lilin dan Lingkaran Adven

Lilin Adven adalah empat batang lilin yang diletakkan di lingkaran Adven (korona Adven), yang terdiri dari tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Keempat lilin ini melambangkan keempat minggu dalam masa Adven. Lilin ungu, yang melambangkan pertobatan, dinyalakan di minggu Adven pertama, kedua, dan ketiga. Lilin merah muda, yang melambangkan suka cita pada hari Natal yang hampir tiba, dinyalakan pada Minggu Adven ketiga bersamaan dengan lilin ungu ketiga. Minggu ini disebut Minggu Gaudete (bahasa Latin) yang berarti bersukacitalah karena Natal hampir tiba.

Pada hari Minggu Adven keempat, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih yang melambangkan suasana masuk ke dalam suka cita besar Natal. Lilin-lilin yang ditempatkan dalam lingkaran Adven tersebut mempunyai makna tidak berawal dan berakhir, yang menggambarkan Allah yang abadi, tanpa awal dan akhir. Lingkaran Adven selalu dibuat dari daun evergreen, berupa daun cemara, yang berarti senantiasa hijau, senantiasa hidup. Daun ini melambangkan Kristus yang mati namun hidup kembali untuk selamanya.


C. Warna Liturgi


Masa Adven adalah masa penantian kedatangan Tuhan, yang bernuansa pengharapan dan pertobatan. Nuansa ini digambarkan dalam rupa warna liturgi, baik yang berkaitan dengan pakaian maupun hiasan. Selama Adven warna liturgi yang ditampilkan adalah ungu, yang melambangkan penantian dalam suasana waspada sekaligus gembira dan berharap dalam merayakan Natal.

Selama Adven lagu Te Deum (Pujian Kepada Allah) dan Gloria (Kemuliaan) ditiadakan.


D. Pelaksanaan

Adven sebagai masa penantian kedatangan Tuhan dapat dilaksanakan dalam suasana harapan dan kegembiraan, dengan aneka kegiatan yang mendukung baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Aspek jasmani tampak dalam kesibukan umat untuk mulai menyiapkan pernikpernik Natal, antara lain menyiapkan gua Natal dan pohon terang dengan lampunya yang indah, menyiapkan kado dan pakaian yang akan digunakan untuk merayakan Natal, bahkan lagu-lagu bernuansa Natal mulai diperdengarkan. Tidak hanya itu, umat mulai memikirkan untuk melaksanakan aksi Natal bagi saudara-saudara yang kecil, lemah. miskin dan tersingkir (KLMT), baik yang hidup di tempat kumuh, panti asuhan, panti wreda, maupun daerah tertinggal yang membutuhkan uluran kasih. Aspek rohani diharapkan menjadi kegiatan yang lebih penting daripada aspek jasmani, baik yang dilakukan secara pribadi, dalam keluarga, maupun di lingkungan. Aspek rohani diupayakan dengan cara meningkatkan frekuensi doa pribadi dan bersama, membaca Kitab Suci pribadi dan bersama, terlibat dalam pendalaman bahan Adven serta menerima sakramen Pengampunan Dosa. Semua itu dilakukan sebagai upaya umat untuk menghayati persiapan diri dan hidupnya agar semakin pantas menantikan kedatangan Tuhan yang kedua dan merayakan Natal yang membawa kedamaian di bumi dan bagi semua manusia.

Tuesday, November 10, 2009

Luk 17:11-19

Ke Sepuluh Orang Kusta


17:11. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.
17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh
17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"
17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.
17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring,
17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.
17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?
17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"
17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."


RENUNGAN
Kisah sepuluh orang kusta yang disembuhkan Yesus, dan hanya satu yang kembali untuk mengucapkan syukur, itu pun yang kembali adalahseorang Samaria yang dianggap orang murtad, jelas menunjukkan bagaimana orang beriman harus menata kehidupan dalam sikap syukur atas segala anugerah Allah.
Kesepuluh orang kusta itu mendapat kesempatan yang sama untuk sembuh. Semuanya harus memenuhi tuntutan hukum, yaitu melaporkan keadaannya kepada iman. Tetapi ternyata tidak semua merasa harus bersyukur atas anugerah itu.
Ada kalanya anugerah bahkan dianggap hak. Kalau demikian, orang tidak akan mampu mensyukuri kehidupan yang mestinya dihargai sebagai anugerah.

Apakah sikap kita juga demikian?

Hidup dengan penuh syukur masih perlu diolah. Orang kerap lebih suka menuntut hak daripada mensyukuri apa yang ada padanya

DOA
Ya Tuhan Yesus, semoga Engkau selalu menyadarkan aku untuk selalu berterimakasih dan bersyukur atas pertolongan dan bantuan Engkau dan orang lain berikan kepadaku. Amin.

(dr email Sdr. SQ)

-- Post From My iPhone

Monday, November 9, 2009

Lukas 17:7-10




Tuan dan hamba

17:7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

RENUNGAN
Peringatan Yesus tentang pelayanan menyadarkan orang beriman bagaimana mengembangkan pelayanan itu. Orang yang mau melayani tidak akan membanggakan diri sendiri, tidak mencari alasan untuk diri sendiri, dan tidak akan mengandalkan pada diri sendiri tetapi bersedia seluruh bagi kepentingan orang lain. Keselamatan yang ditawarkan Kristus adalah anugrah. Maka, melayani Kristus untuk keselamatan juga harus sungguh dengan kerelaan.
Hanya kerelaan sejati yang akan membuka manusia akan rahmat, dan Roh Allah akan berkarya padanya. Bagaimana kita bekerja sama dengan kekuatan Roh itu?
Peranan pelayanan demikian memang amat berharga dalam perkembangan hidup. Seorang ibu yang melayani anak bayinya menyediakan
seluruh dirinya untuk itu. Kalau ibu-ibu kita melalaikan pelayanan tersebut, hidup dan masa depannya akan terganggu. Bagaimanakah pelayanan iman bisa diperankan secara tepat dalam hidup ini? Bukankah pelayanan seperti itu membutuhkan keterlibatan yang penuh?

DOA
Ya Yesus, saya sungguh ingin melayani dengan segala kerendahan hati sertailah dan kuatkan saya oleh Roh Kudus-Mu



-- Post From My iPhone
(diambil dr email bro' SQ)

Monday, November 2, 2009

Let's Praise Him